Kamis, 06 November 2014

SEJARAH MASYARAKAT INDONESIA


A.    Persebaran Manusia Tua di Indonesia Austro Melanosoid
Keberagaman manusia Indonesia saat ini sangat menarik perhatian untuk diketahui lebih lanjut mengenai asal usulnya. Manusia Indonesia tentu saja sudah ada sejak satu juta tahun yang lalu. Dimana waktu itu Dataran Sunda masih merupakan sebuah daratan, dan waktu Asia Tenggara bagian benua dan bagian kepulauan masih bersambung menjadi satu.
Fosil manusia purba ditemukan di beberapa desa daerah lembah Bengawan Solo, salah satunya adalah Phitecantrhopus Erectus. Namun dapat diidentifikasi bahwa ciri-ciri fisik manusia tersebut berbeda dengan manusia sekarang. Lalu selanjutnya ditemukan pula sejumlah fosil yang bentuknya menunjukan sebuah evolusi dari manusia asli penduduk Dataran Sunda tersebut di Ngandong yang oleh para ahli antropologi disebut Homo Soloensis.
Homo Soloensis itu dalam beberapa puluhan ribu tahun kemudian berevolusi menjadi manusia seperti sekarang denga cirri-ciri ras yang menyerupai penduduk asli Australia. Sisa fosil dari makhluk ini ditemukan pula di Wajak yang kemudian atripolog menyebutnya dengan Homo Wajakensis. Fosil itu menunjukan banyak persamaan dengan fosil-fosil dari nenek moyang penduduk asli Australia, yang ditemukan di Talgai, di daerah Darling Downs, Queensland, Australia Timur dan di Keilor sebelah barat laut kota Melbourne, Australia Selatan (Koentjaraningrat, 1979, p. 4) .
Nenek moyang dari manusia wajak tersebuat adalah Austro Melanosoid yang penyebarannya sudah berlangsung lebih dulu sebelum jaman glasial atau jaman es berakhir dimana pada waktu itu Irian belum terpisahkan dari bagian barat Indonesia dan dari benua Australia.  Mereka menyebar ke arah timur menduduki Irian dan ada yang menyebar ke  arah barat.
Austro-Melanesoid merupakan salah satu ras yang melakukan migrasi ke Indonesia.  Bangsa ini memiliki ciri-ciri yaitu berbadan kekar, kulit kehitam- hitaman, berambut kriting, bibir tebal, dan hidung mancung. Menurut Teuku Jacob penduduk asli Irian itu, telah menyebar ke timur untuk menduduki Melanesia (Koentjaraningrat, 1979, p. 5). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa orang  Austro-Melanesoid ini telah menyebar ke timur menyebrang dari Irian. Penyebaran orang Austro-Melanesoid ke arah timur ini terjadi setelah mereka dapat mengembangkan suatu kebudayaan pantai dengan sebuah perahu lesung bercadik yang pada awalnya hanya untuk mencari ikan, menyusuri pantai namun kemudian mereka menyebrang ke pulau dihadapan pantai pada saat cuaca cerah.
Penyebaran ke arah Barat pun dapat teridentifikasi setelah ditemukannya abris sous roches yaitu semacam tempat perlindungan di bawah karang dan sisa-sisa alat-alat batu serpih bilah kecil di Flores Barat dan Timor Barat. Fosil yang ditemukan di gua –gua Flores Barat tersebut menunjukan adanya cirri-ciri ras Austro-Melanesoid.
Orang Austro-Melanesoid di bagian Barat  dan Timur Indonesia memang mengembangkan kebudayaan yang hampir sama. Namun masih terdapat perbedaan yang cukup jelas berdasarkan bukti sejarah yang ditemukan. Perbedaan tersebut saah satunya ialah bahwa orang Austro-Melanesoid yang menyebar ke wilayah barat kepulauan Indonesia teridentifikasi telah memakan kerang yang dibuktikan dengan ditemukannya tumpukan sampah kerang yang sekarang lazim disebut kjokkenmoddinger (sampah dapur). Bukit-bukit sampah tersebut dapat ditemukan sekarang di Sumatra Timur dan Utara dekat Medan, dekat Langsa di Aceh dan Perak, Kedah dan Pahang di Malaysia.
Di Jawa Timur juga ditemukan kapak-kapak genggam seperti di Gua Sodong di Besuki, Gua Pretruruh di Tulunggagung, dan Gua Sampung di Ponorogo. Selain itu ditemukan pula di Vietnam Utara dalam bukit-bukit kerang di pegunungan Bacson, di sebelah utara kota Hanoi sekarang, dan di gua-gua propinsi Hoa-binh di Vietnam Tengah.
Dari berbagai penemuan bukti sejarah di berbagai tempat tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya persebaran orang Austro-Melanesoid dari timur ke barat berasal dari Jawa, melalui Sumatra, Semenanjung Melayu dan Muang Thai Selatan sampai di Vietnam Utara.
Para ahli paleo-antropologi  menyebut orang Austro-Melanesoid sebagai penduduk asli orang Irian yaitu Papua Melanosoid dengan alasan bahwa mereka telah menurunkan penduduk Irian sekarang dan penduduk kepulauan Melanesia. Lalu pada perkembangannya, orang Papua Melanosoid di Irian ini mengembangkan suatu kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan di bagian barat kepulauan Indonesia yaitu budaya kapak lonjong. Kemudian kebudayaan kapak lonjong ini dapat diidentifikasi asal penyebarannya yaitu dari daratan Asia ke Jepang, Formosa, Filipina lalu ke Indoesia Timur yaitu ke Maluku Utara dan ke Irian.
Daerah penyebaran budaya kapak lonjong tersebut dapat diketahui dengan ditemukannya kapak sejenis di berbagai tempat selai di Irian seperti di Seram, Gorong, Tanimbar, Leti, Minahasa dan Serawak (Kalimantan Utara). Selain di kepulauan Indoonesia, kapak tersebut juga ditemukan di Tiongkok dan Jepang, di daerah Assam dan Birma Utara. Penemuan-penemuan di Formosa dan Filipina memperkuat pendapat ini (Soekmono, 1973, p. 54).
Diperkirakan bahwa proses persebaran orang Austro-Melanesoid terjadi diantara 10.000 sampai 2.000 SM. Persebaran tersebut misalnya dari Irian ke kepulauan di sebelah barat daya dan kembali, persebaran bangsa-bangsa dari Irian ke pulau-pulau di sebelah baratnya, persebaran orang Austro-Melanesoid dari Jawa ke barat dan utara sampai di Vietnam Utara dan sebaliknya, persebaran dari Jepang melalui Riukyu, Taiwan dan Filipina ke Sulawesi dan kemudian percampuran ras dan kebudayaan di Sulawesi Selatan.
            Ketika bangsa Melanesoid datang, mereka mulai menetap, walaupun seminomaden. Jika sudah tidak mendapatkan lagi makanan mereka akan pindah. Oleh karena itu, mereka memilih daerah yang banyak menghasilkan. Kebudayaan bangsa Melanesoid ini adalah kebudayaan Mesolitikum yang sudah mulai hidup menetap dalam kelompok, sudah mengenal api, meramu dan berburu binatang. Sekitar tahun 2000 SM, bangsa melanesoid yang akhirnya menetap di nusantara kedatangan pula bangsa dan kebudayaannya lebih tinggi yang berasal dari rumpun melayu austronosia yakni bangsa melayu tua atau proto melayu, suatu ras mongoloid yang berasal dari daerah yunan, dekat lembah sungai Yang Tze, Cina Selatan.. (Ubaidilah, 2013). Sehingga peran dari bangsa yang lebih dulu datang ke Indonesia ini mulai tergantikan perannya.
Seperti kita ketahui, di dunia ini terdapat beberapa ras yang membedakan suatu bangsa dari ciri fisiknya. 4 ras besar dunia tersebut adalah Ras Mongoloid, Ras Kaukasoid, Ras Negroid dan Ras Australoid. Jika kita hubungkan pembahasan mengenai persebaran manusia tua di Indonesia ini yaitu Austro Melanosoid maka dapat kita tarik akarnya bahwa manusia ini memiliki ciri-ciri dari ras Australoid. Dimana ras tersebut pusatnya di Australia lalu menyebar ke Indonesia bagian Timur khususnya wilayah Papua yang pada saat itu masih bersatu dengan Australia seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Dari Papua, kemudian orang Austro Melanosoid menyebar ke arah timur ke kepulauan Melanesia dan ke arah barat kepulauan Indonesia. Demikianlah awal mula penyebaran bangsa Austro Melanosoid di Indonesia yang sekarang menjelma menjadi penduduk Irian saat ini.
              


Tidak ada komentar:

Posting Komentar